The Silent Battle of Domestic Work

Judulnya kok berat amat ya? Percayalah, sesungguhnya ini hanyalah racauan nggak jelas aja hahaha 🤣 Biasalah, abis pulang kantor, kemudian lanjut ngurus anak dan rumah tangga, dan baru bisa santai di atas jam 9 malam~ Tapi, iya nggak sih kalau saya merasa bahwa pekerjaan domestik itu sangat undervalued dan underrepresented?

Sebagai seorang working mom yang bekerja kurang lebih 3 hari di kantor (atau di luar kantor/meeting/dll) dan sisanya di rumah, kerasa banget bahwa my ‘battle’ starts from the moment I open my eyes. Baru melek udah mikir, ‘Entar anak gue sarapan apa?’ Pikiran selanjutnya adalah, ‘Entar harus berangkat jam x, berarti jam x mandi, beresin alat pumping, nyiapin ASIP dan makanan, pesen ojek, ngecek jadwal kereta, dst.’ Makanya suka kerasa, ini belum berangkat aja udah capek 😰 It does get easier but it doesn’t mean less hectic.

Kemudian saya berpikir, ‘Masa sih gue doang yang kayak gini? Ibu-ibu lain di luar sana emang kagak? Kenapa pada adem ayem aja?’ Dan kemudian saya pun berpikir… Apakah karena memang pekerjaan domestik se-tidak menarik itu kah untuk didiskusikan di ruang publik? Se-kurang penting itu kah dari pekerjaan profesional kita untuk diutamakan? Makanya ‘terlihat baik-baik saja’ dari luar karena memang it’s a whole different world that has nothing to do with our professional world. Begitukah?

Monmaap saya kadang suka merasa minder ketika diajak meeting after working hour kemudian saya nggak bisa karena alasan… I have a kid at home. I wanna be home before he gets to bed. Apakah itu bukan cukup alasan untuk saya menolaknya? Tapi tapi tapi, yang lain juga punya anak dan bisa ikut, kenapa saya tidak?

Eaaaa~

Apakah saya salah mementingkan pekerjaan domestik, sama pentingnya seperti pekerjaan profesional saya? Apakah saya egois ketika memilih menolak meeting dengan alasan I just need to be home? My kid needs me. My home needs to be taken care of. It’s a job. But nobody pays attention to it. And nobody pays me for doing it. Hahaha *sedih*. Dan ketika seorang working mom pulang ke rumah, percayalah. Bukan istirahat yang didapatkan, tapi she’s doing another job at home.

Kemudian, bukankah sama aja, working dad juga begitu kan? Ya, tapi so far, se-setara-nya itu sebuah hubungan dalam rumah tangga, the mom tetap memegang peranan lain yang lebih daripada ayah: the mental load. Istilah ini saya dapat dari buku The Mental Load: A Feminist Comic. Baca cuplikan komiknya di sini. Intinya adalah, bahwa kita terlahir dalam masyarakat yang mengkontruksikan peran gender, dan sudah sejak lamaaa bahwa perempuan dianggap sebagai “manager” rumah tangga sehingga setiap hal-hal kecil dalam rumah tangga dipikirkan oleh perempuan. Karena laki-laki tidak pernah diajarkan (ingat, diajarkan ya, bukan bawaan genetik) untuk mengurus rumah tangga. Makanya meskipun sekarang kesadaran itu sudah ada dan laki-laki mulai mengerjakan pekerjaan rumah tangga, yang ada adalah laki-laki “membantu” pekerjaan rumah tangga (dan still, masih dianggap sebagai pekerjaan perempuan, kan?).

Coba yah. Yang mikirin anak makan apa seharian, ibu. Yang mikirin baju anak masih cukup apa udah kesempitan, ibu. Yang ngecekin stok popok, tisu basah, kapas? Ibu. Yang inget jadwal imunisasi anak? Ibu. Yang nyatetin berat badan, lingkar kepala, tinggi badan anak? Ibu. Yang nyetok obat dan vitamin anak? Ibu. Apalagi hal lainnya yang memang harus dikerjakan seorang ibu: menyusui, pumping, dan tetek bengeknya. Belum hal-hal lainnya kayak: stok daging dan sayur di kulkas, stok sabun cuci, sabun mandi~ It sounds trivial, but when it all piles up, you can explode at any time. 

Jadi inti dari post ini adalah, let’s give us round applause for doing domestic chores!! Memilih pulang duluan atau lebih awal untuk melakukan pekerjaan rumah tangga is not something you should be embarrassed about. Dan untuk para ayah, please do share your responsibility at home by doing chores and please do ask your wife to share her mental load. Pekerjaan kita di luar rumah memang penting, tapi pekerjaan kita di rumah juga sama pentingnya ❤️

Featured image from Unsplash.