Sebelum berpanjang lebar di post ini, saya mau update sedikit. Kayaknya udah lama banget nggak nge-blog. Jadi dalam rangka ulang tahun Aksara (yang udah lewat), saya sebisa mungkin pengen nyempetin waktu untuk bisa nulis.
Jadii, saya merasa belakangan ini agak ngos-ngosan dalam pekerjaan maupun urusan domestik, ditambah pengasuh yang libur di momen Lebaran kemarin. Gara-garanya, udah sekitar 2 bulan ini saya ambil kerjaan konsultan di sebuah kantor lain (kantor lama saya sebenarnya), di mana sebenarnya most of the times dikerjakan di rumah. Tapiii, yang namanya kerja di rumah dan bareng anak, banyak banget distraksinya. Sampai Lebaran lalu saya harus ngelembur gara-gara siang pegang anak. Terus, apa hubungannya dengan post ini? Oh tenang, silakan baca sampai akhir wkwk. Sok misterius, deh.
Post ini akan sedikit (atau kebanyakan) mellow dan personal. Tapi benar deh, semenjak ulang tahun Aksara yang pertama akhir Juni lalu, bawaan saya jadi mellow terusss. Gimana bisa setahun sudah berlalu? Rasanya kayak nggak percaya gitu. Aksara setahun yang lalu belum bisa apa-apa, bahkan belum bisa ngenalin mamanya. Aksara yang sekarang udah bisa kabur sana-sini, ngoceh nggak berhenti, dan pengen nempel terus sama mama. Duh, jadi bingung kan mau ngomong apa, jadi mellow lagi kan T_T
Intinya, this past one year has changed me as an individual.
Tentang menjadi orangtua setahun ini
Setahun belakangan ini, saya mencoba lebih mengenal anak saya dan diri saya sendiri. Setiap hari, saya belajar untuk mengetahui seperti apa karakter Aksara. Misalnya, ternyata Aksara anak yang gampang penasaran. Enin-nya sampai menjuluki dia “Aksa the explorer” wkwk. Kalau udah melihat sesuatu, dia ingin tahuuu banget a.k.a kepo. Dilihat, dipegang, dijilat, dipukul, digigit, dilempar… You name it. Kalau ada orang masuk ruangan, dia harus lihat itu siapa. Kalau dia pergi, dia harus memastikan orang itu bener-bener pergi. Kadang-kadang ditungguin depan pintu sama dia, ini orang bakal balik lagi apa nggak 🤣
Sebagai seorang ibu, satu hal yang paling membuat saya belajar adalah belajar bersimpati pada orang lain. Iya, karena most of the times saya berkomunikasi dengan Aksara hanya melalui gesture, saya harus bisa tahu, apa kebutuhannya dan keinginannya. Tapi, hal ini juga yang jadi saya terapkan pada orang lain. Ketika ada bayi atau anak kecil nangis di tempat umum, melihat anak orang sakit, anak nggak mau makan, atau sebagainya, rasanya pengen samperin orangtuanya terus bilang… I got you. I never realized how hard and tiring being a parent is until I become a parent myself.
Saya jadi sering mikir, ini orangtua yang anaknya banyak, how do they manage to have it all? Saya aja yang baru punya anak satu, dibantu sama pengasuh, kok rasanya selalu capek hahaha.
Ok balik lagi ke Aksara.
Setahun belakangan ini… Feels magical.
Aksara mengajarkan saya menjadi seseorang yang lebih sabar, lebih pengertian, lebih komunikatif. Kadang saya suka merasa bersalah sama dia, kalau lagi nemenin main, saya malah main HP atau urus kerjaan. Atau, kalau lagi capek, dia rewel sedikit saya marahin. Beberapa menit kemudian, sayanya menyesal. Aksara juga jadi lebih mengajarkan saya untuk lebih berhati-hati dan bijaksana dalam bertindak.
Oh iya… Satu lagi.
Always believe in your child. Always.
Terlahir prematur (tua, pada 36 minggu), pastinya ada hal-hal yang membuat Aksara tertinggal dibanding teman seumurnya. Misalnya, pas usia 4 bulan, Aksara masih baru bisa sedikit-sedikit tengkurap. Itu juga baru satu sisi, belum bisa balikin badan. Di usia 10 bulan, Aksara belum bisa merangkak. Saya coba stimulasi sana-sini, anaknya memang belum mau. Kalau dengar cerita orang-orang, ada yang anaknya usia 8 bulan udah lancar merangkak, bahkan bisa pull up to stand. Anakku? Umur 10 bulan aja masih struggling.
And then one day, di usianya yang ke 11 bulan… Aksara merangkak. Dan sudah bisa jalan dengan dititah. Dan berdiri beberapa detik. Tanpa saya paksa.
I underestimated him that I thought he would never crawl (15% of babies do not crawl). Tapi ternyata, ketika saya nggak ‘memaksa’nya, dia malah merangkak dengan sendirinya. Aksara menunjukkan pada saya bahwa… Every child has their own pace. Saya yang harus bisa menahan diri dan selalu percaya padanya.
Tentang menyusui setahun ini
Rasanya kayak I’ve been doing this my whole life. Alhamdulillah saya sudah setengah jalan menyusui Aksara. Kadang rasanya pengen cepet-cepet nyapih (biar baju-baju lama bisa kepakai lagi hahaha). Kadang rasanya nggak bisa ngebayangin rasanya harus bisa menyapih Aksara. Ngebayanginnya aja udah sedih dan heartbroken 💔 Apalagi kalau denger dan baca cerita temen-temen lain yang udah menyapih. Kok rasanya jadi pengen mewek sendiri. Doakan mudah-mudahan tahun depan lancar yaa menyapihnya, dan saya dan Aksara diberikan kekuatan ❤️
“Not right now”
Kembali ke intermezzo saya di awal, saya memang lagi mengambil kerjaan konsultan di kantor lama saya (tempat saya dulu resign saat lagi hamil Aksara). Karena durasinya hanya 3 bulan dan home-based, saya ambillah kerjaan tersebut. Lumayan nambah-nambahin untuk biaya bangun #RumahPakIsmed.
Nah, minggu lalu saya ditawarin sama supervisor saya untuk perpanjangan kontrak, dengan tetap home-based dan nggak full-time sebenarnya.
Tergiur? Sangat.
Tapi di satu sisi, saya juga mikir. Kalau saya ambil tawarannya, berarti saya akan semakin sering ninggalin Aksara. Meskipun sekarang dia udah setahun, saya sama Abang masih berusaha untuk tetap sering ada untuk dia, dan meskipun ada nanny juga di rumah. Abang enak karena kantornya di Bogor, jadi ngantor tiap haripun, masih sering ketemu sama Aksara. Sementara kalau saya, you know, perjalanan Bogor-Jakarta lumayan jauh. Meeting hanya 2 jam aja, saya harus menghabiskan waktu 4 jam PP di jalan. Ini jadi salah satu pertimbangan saya, apakah saya siap lebih sering meninggalkan Aksara?
Berkali-kali saya konsultasi sama Abang dan akhirnya kami tiba di keputusan yang sama… Not right now. Mungkin iya kalau saya ambil tawaran ini saya tetap bisa kerja dari rumah, tapi kerja dari rumah pun membutuhkan waktu yang nggak sedikit. Apalagi saat ini sayapun sebenarnya lagi bekerja untuk lembaga lain (yang juga membolehkan saya kerja dari rumah). Belum lagi saya akan semakin sering meeting ke Jakarta atau kegiatan-kegiatan lainnya. Rasanya… I just don’t wanna miss the moment.
Meskipun bekerja di bidang perlindungan anak, saya bisa sangat merasakan relevansinya dengan kehidupan saya. Gimana saya belajar prinsip-prinsip perlindungan anak, pendidikan usia dini, dll. Tapi, rasanya untuk saat ini saya masih ingin memprioritaskan membesarkan Aksara. Aksara masih dalam periode emas pertumbuhannya. Tahu kan, 1000 hari pertama kehidupan adalah masa yang paling penting bagi anak dan nggak akan bisa terulang. Saya ingin memaksimalkan sebaik-baiknya dengan selalu mendampinginya sesering saya bisa.
Jadi intinya, saya akhirnya menolak tawaran itu, dengan alasan agar saya bisa membesarkan Aksara, setidaknya sampai saya menyapihnya. Insya Allah, setelah itu saya siap untuk kembali bekerja full time (maybe hahaha).
Saya masih ingat perkataan supervisor saya waktu saya beritahu kalau saya mau resign dan dia sangat mendukung saya, “Sepuluh tahun lagi, kamu mungkin nggak bakal inget kamu pernah kerja di sini. Tapi sepuluh tahun lagi, kamu bakal terus sama keluarga kamu. And every moment matters.”
Perkataannya itu jugalah yang akhirnya memutuskan saya untuk menolak perpanjangan kontrak itu.
Jadi…
Happy birthday, Aksara!
(Lha, ujungnya nggak nyambung)
Hahaha tapi kan memang lagi bahas ulang tahun Aksara toh. Jadi begitulah cerita satu tahun menjadi seorang ibu, and it is the best job ever! 🌞
Happy birthday Aksara. Semoga mamahnya semakin kuat dan sehat selalu utk menjaga Aksara
LikeLiked by 1 person