Hal-hal tentang Postpartum yang Tidak Dikatakan di Media Sosial

Kalau lihat foto-foto di media sosial, setiap kali ada yang melahirkan, pasti yang terlintas dalam pikiran kita adalah, “Awh, bahagianya” atau, “Aduh lucu banget anaknya” atau, “Ih mau satu!” Hayoo siapa pernah? 😀 Apalagi kalau lihat foto ibu-ibu muda yang cakep banget habis lahiran kayak habis ngemall, atau photoshoot para newborn yang ngegemesin… Well, that doesn’t tell you the truth behind it.

Yes, having a baby is the most beautiful and exciting journey, but it’s not only about rainbows and unicorns.

Disclaimer: Semua poin di bawah ini berdasarkan pengalaman pribadi saya ya.

You’ll still look pregnant

Sewaktu saya check up satu minggu pasca lahiran, pas ditimbang berat badan, bidannya tanya, “Bu, kok berat badannya turun?” Lah, saya dikira masih hamil karena perut yang masih mblendung! Hahaha. Iya tentu saja, rahim yang digunakan untuk membentuk janin selama 9 bulan, nggak mungkin bakal balik ke bentuk semula dengan cepat. Tenang aja, perlahan-lahan your uterus will get back to its normal size. Tapi jangan berharap bakal cepat turun berat badan ya! Your body needs time to heal, so does you.

The scar will hurt for… A long time

Buat yang menjalani SC seperti saya, pasti tahu banget nih sensasinya haha. Saya aja masih suka kerasa linu bekas jahitannya kalau kecapekan atau habis angkat-angkat barang. Bahkan kakak ipar saya yang anak keduanya udah 3 tahun, kalau ketawa kencang masih suka sakit. Duh :”) ada juga beberapa yang bilang kalau bekas suntikan anestesinya suka nyeri dan panas. Alhamdulillah saya sih nggak sampe ngerasain kayak gitu.

You’re gonna be sleep deprived

Saat bikin pengumuman soal lahiran, salah satu teman suami saya bilang, “Selamat nggak bisa tidur!” Kayaknya memang udah jadi rahasia umum kalau punya bayi baru lahir akan bikin kita kurang tidur. Hahaha ya memang benar kenyataannya kayak gitu. Pernah ada satu masa di mana saya lupa kapan saya bisa tidur lebih dari 2 jam. Bahkan saya bilang ke suami, kalau tidur jarang baca doa lengkap, karena belum juga selesai baca doanya, anaknya udah keburu bangun duluan :”)

Tapi itu dulu kok. Semenjak usia 3 bulan, Aksara mulai bisa tidur lebih lama di malam hari. Seenggaknya sekarang bangun cuma 1-2 kali untuk nyusu dan ganti popok. Sisanya bablas dan bangun-bangun udah subuh. Memang sih bangunnya pagi banget, but hey, at least it gets better.

Breastfeeding is hard (yet wonderful)

Terutama bagi para first time moms, pengalaman menyusui pertama kali pasti nggak mudah. Tentu bukan cuma ibunya, tapi bayinya juga sedang belajar menyusui dengan benar. Belum lagi kendala-kendala lain, seperti tongue tie atau lip tie pada bayi, bayi yang dirawat di NICU atau disinar karena kuning, membuat tantangan menyusui jadi berkali-kali lipat.

Tapi, mantra sukses menyusui memang cuma: ibunya nggak boleh stres, yakin kalau kita bisa, dan susui bayi selama dan sesuka bayi. Insya Allah, segala kendala dan hambatan bisa teratasi. Plus, peran support system penting banget, baik itu suami, orangtua, mertua, atau bahkan sesama ibu.

Dan kalau udah bertekad untuk ngasih ASI eksklusif selama 6 bulan dan lanjut menyusui sampai >2 tahun, semua orang (suami, keluarga, orang terdekat) perlu onboard. Jadi jangan sampai tekad kita jadi goyah kalau ada anggota keluarga yang tell you otherwise. Kalau udah kesulitan banget, kita bisa minta masukan dari konselor laktasi. Tapi tentunya, tetap percayalah pada diri dan tubuh sendiri 🙂

You’ll feel lonely and exhausted

Nggak heran kalau ada istilah baby blues (yang dialami orangtua pada 14 hari pertama postpartum) hingga posnatal depression (dalam jangka waktu yang lebih lama) because the struggle is real.

Ya… Menjadi orangtua adalah komitmen baru dan peran baru dengan tanggung jawab baru that you have to do for the rest of your life. Perubahan itu terkadang membuat kita merasa kesepian dan sendirian.

There was time when I woke up in the middle of the night and when I was breastfeeding my son, I was feeling so lonely and tired.

Bukannya tidak bersyukur, namun perlu diingat bahwa it’s OK to feel that way. Menjadi orangtua bukan berarti harus menjadi superhuman. It’s OK to feel lonely, tired, and sometimes need a break. Bukan berarti kita tidak menyayangi anak kita, bukan. Those feelings are just what make us humans, right?

Semoga tulisan ini bisa mengingatkan kita semua bahwa menjadi orangtua adalah perjalanan yang sangat menyenangkan. Sangat. I wouldn’t trade anything in the world for it.

Namun, ada banyak hal dan ada banyak perasaan yang juga butuh untuk kita utarakan. Karena menjadi orangtua itu berat. Dan tidak seindah timeline media sosial. Ada banyak hal yang tidak diutarakan di media sosial tentang menjadi orangtua. And sometimes we just need to let it out. And let other people know that we all share the same feelings.

Featured image from here.

8 thoughts on “Hal-hal tentang Postpartum yang Tidak Dikatakan di Media Sosial

  1. Wah wah wah…. ketika anakku yg kedua lahir, rasanya aku kayak being a first-time parent all over again! Saking bedanya antara kakak dan adik, terutama untuk urusan membabat habis jam tidur ibunya, hahaha. Aku ga akan bilang: “Tapi seru sih….” coz the truth is, lebih kearah horor drpd seru, LOL. Yg bisa kukatakan adalah: this too shall pass.

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s