Suka Duka Membawa Anak Ketika Bekerja

Setelah resign di usia kehamilan 4 bulan, saya nggak kepikir kapan dan bagaimana saya bakal kembali bekerja. Walaupun seperti merasa ‘kehilangan’, terutama kehilangan gaji bulanan hahaha.

Saat usia Aksara menginjak 2 bulan, saya ditawari untuk kembali bekerja di organisasi tempat saya bekerja 4 tahun lalu. Galau dan sekaligus kepengen, karena lumayan juga otak udah hampir 7 bulan nggak dipakai mikir serius.

Akhirnya saya pun terima tawaran itu. Untungnya, organisasi tersebut membolehkan saya untuk kerja remote selama deliverables dan report yang saya kerjakan memenuhi tenggat waktu.

Tapi ternyata, bekerja setelah memiliki anak memang memiliki tantangan sendiri, walaupun jam kerja saya tergolong fleksibel.

Ketika Anak Mogok ASIP…

Ketika orang-orang di sekitar saya cerita kalau anaknya milih minum susu dari botol ketimbang direct breastfeeding, Aksara justru kebalikannya. Dia maunya DBF dan nggak mau minum ASIP, entah menggunakan botol, cup feeder, sampai sendok. Padahal mamake ini sudah nyetok ASIP dalam freezer. Siang malam pumping kujabani huhu.

Kalau dibandingin, sebenarnya direct breastfeeding memang paling nyaman. Hemat perkakas, air, sabun, dan listrik buat steril haha. Dan saya harusnya bersyukur karena Aksara nggak mau botol, jadi risiko bingung puting atau risiko kesehatan mulut bisa dihindari.

Tapi tentu aja anak nggak mau ASIP punya risiko sendiri. Aksara jadi nggak bisa ditinggal. Apalagi saya lumayan harus pergi-pergi, kayak meeting atau workshop di kantor atau kantornya mitra dan di hotel. Ini bikin saya ribet harus bawa Aksara dan pengasuhnya setiap kali bekerja. Kadang malah sampai harus nginep kalau acaranya sampai malam.

Tapi lama-kelamaan, saya mulai nyaman bawa Aksara ke mana-mana saat bekerja. Jadi untuk buibu di luar sana, sebenarnya bukan nggak mungkin kok bawa anak (bayi) pas kerja. Meskipun mungkin kasus saya agak sedikit berbeda karena saya nggak harus ngantor setiap hari.

Dan, kerja setelah punya anak memang harus lebih strategis biar mama dan anak sama-sama nyaman.

Prepare all the basics. Siapkan semua perlengkapan bayi. Semenjak usia 2 bulan sampai sekarang 5 bulan, Aksara nggak pernah lepas saya bawa setiap meeting atau ke kantor. Kalau saya biasanya bawa perlengkapan seperti baju ganti, popok, tisu basah/kapas bola, selimut, handuk kecil, perlak, mainan, dan kantong kresek untuk popok kotor.

Know how long you will be gone. Saya biasanya mengukur selama apa saya meeting atau workshop. Kalau all day, biasanya perlengkapan Aksara saya tambah, seperti bawa stroller atau bouncer, disesuaikan sama aksesibilitas lokasi tempat saya meeting. Jumlah baju dan popok pun saya sesuaikan biar nggak kehabisan.

Ask for any available facilities/accommodations. Selama ini kalau kegiatan di hotel di Jakarta, saya belum pernah menemukan hotel yang ada nursery room-nya 😦 Jadi kadang saya harus survey dulu melalui website atau telepon. Jangan malu untuk tanya, kira-kira anak saya bisa menunggu di mana? Biasanya sih akan diarahkan ke mushola yang cukup private dan biasanya berkarpet. Tapi nggak jarang juga Aksara jadi nunggu di sofa lobi, atau bahkan di powder room yang nyatu sama kamar mandi huhu. Meskipun nggak ada fasilitas nursery, biasanya staf hotel selalu helpful kok. Bilang aja kalau kita mau menyusui. Biasanya kita akan dikasih ruangan kosong. Dan untungnya kalau di hotel ruang geraknya lumayan luas, jadi Aksara bisa diajak main dan jalan-jalan.

The Downside…

Tentu aja bawa anak kerja punya risiko sendiri. Meskipun harus diakui, saya jadi merasa sangat tenang kalau bawa Aksara kerja. Seenggaknya saya jadi tahu keadaannya, bisa selalu ada kalau dia lapar, dan jadi nggak kangen anak hehe.

Anak jadi kurang nyaman. Apalagi kalau ke tempat baru dan banyak orang. Di usianya yang udah suka eksplorasi, Aksara jadi mudah terdistraksi kalau lihat orang baru, suasana baru, dan dengar suara baru. Jadi kadang meskipun dia ngantuk banget, jadi nggak bisa tidur karena terlalu penasaran sama lingkungannya.

Keribetan bertambah kali lipat. Yes ini sangat dirasakan sama mamanya. Harusnya saya bisa pergi sendiri naik kendaraan umum dan hanya bawa breast pump haha. Sekarang jadi harus bawa anak beserta gembolannya dan bawa pengasuhnya juga.

Capek… banget! Ngurus kerjaan sambil ngurus anak itu capeknya jadi 100x lipat walaupun udah ada si mbak *lebay plis* hahaha. Tapi bener deh, atau mungkin sayanya aja yang lemah ya? Tiap kali bawa Aksara kerja, saya selalu pulang kelelahan dan tidur cepat. Pernah suatu ketika saking capeknya, saya tidur jam 7 malam haha. Ponakan saya yang 3 tahun aja belum tidur jam segitu.

Tentu semua kerempongan itu bukan tanpa alasan. Saya udah berkomitmen untuk memberikan ASI secara eksklusif ke Aksara. Jadi mau gimana pun, emang nggak boleh ngeluh harusnya yaa karena ini pilihan yang saya jalani. Meskipun capek, lelah, repot, at the end of the day, it’s all worth it melihat Aksara tumbuh sehat 🙂

Semangat untuk ibu-ibu pejuang ASI di luar sana!

3 thoughts on “Suka Duka Membawa Anak Ketika Bekerja

Leave a Reply to Ghina Rahmatika Cancel reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s