Di post ini saya mau sharing sesuatu yang sedikit personal tapi berfaedah. Mudah-mudahan menjadi pengingat bagi saya untuk selalu bersyukur, dan juga mungkin bisa bermanfaat bagi ibu hamil di luar sana yang mengalami hal yang serupa. Di usia kehamilan 17 minggu, tepat seminggu setelah saya resign, dokter mendeteksi kalau saya hamil dengan placenta previa. Untuk gambarannya, saya coba jelaskan dari awal ya.
Beberapa kali le husband masih suka nanya, “Plasenta tuh apaan, sih?” Saya juga nggak bisa menjelaskan secara medis, tapi orang sering bilang kalau plasenta itu adalah “teman”nya si bayi selama dalam kandungan. Plasenta atau ari-ari ini merupakan organ penting yang menyalurkan nutrisi, aliran darah, dan oksigen dari ibu ke bayi.
Saat terjadi pembuahan, plasenta itu letak “normal”nya berada di atas dinding rahim. Tapi dalam kasus saya, letak plasenta berada di bagian bawah rahim, menutupi jalan lahir. Ini yang dinamakan placenta previa. “Kelainan” letak plasenta lainnya adalah marginal, yaitu menutup sebagian jalan lahir, low-lying placenta, yang berada di bawah, sekitar 2-3 centimeter dari jalan lahir, dan plasenta yang tertanam terlalu dalam di rahim (tapi saya lupa namanya apa).
Penyebab placenta previa jarang diketahui. Ada yang bilang ibu dengan hamil kembar, ibu hamil di atas 35 tahun, dan ibu yang pernah hamil dengan placenta previa sebelumnya adalah salah satu penyebabnya. Tapi dalam kasus saya… Well, none of those reason apply to me. Intinya dalam kasus saya, memang udah jalannya harus begitu.

Dikilas balik ke awal kehamilan, saya memang sempat flek selama beberapa minggu. Karena masih awal, mungkin belum terdeteksi penyebabnya apa. Saya hanya dikasih penguat kandungan, sampai-sampai dosisnya dinaikkin sama si dokter karena fleknya nggak juga berhenti. Dan itu pas banget waktu saya cuti akhir tahun di kantor, jadi bukannya seneng-seneng jalan-jalan, jatah cuti saya dihabiskan untuk bed rest di rumah. Cuti selesai, ternyata saya masih flek juga. Saya kemudian minta izin lagi untuk nggak masuk kantor. Intinya selama 3 minggu saya cuma berdiam diri di rumah. *boring abis pokoknya*
Untungnya sih meskipun terus-terusan ngeflek, kondisi janinnya baik-baik aja. Ini yang bikin saya optimis. Insya Allah badai akan berlalu. Pada usia kandungan sekitar 10 minggu, akhirnya flek berhenti. Saya pun kembali ngantor, dengan catatan nggak boleh kecapekan. Kalau udah mulai flek lagi, harus langsung bed rest.
Setelah itu sih untungnya nggak keluar flek lagi, kecuali pas waktu saya naik ojek ke kantor sekali (karena lagi males jalan haha) dan pas waktu gempa di Lebak tempo hari, yang bikin saya harus evakuasi turun tangga 10 lantai… Hahaha, ada-ada aja ya. Lumayan bikin panik seisi kantor tuh karena ini pertama kalinya kita evakuasi beneran, bukan sekedar drill. Saya pun diizinkan pulang dan nggak balik kantor. Sore harinya, saya ngecek dan muncul flek lagi. Yaiyalah abis turun tangga 10 lantai gitu zzz. Alhamdulillah, setelah istirahat sehari, fleknya berhenti. Intinya semakin lama kandungannya semakin kuat.
Oh iya, sedikit intermezzo. Mungkin ada yang bertanya-tanya, apakah flek itu bahaya atau nggak? Jawabannya ya dan tidak. Untuk kehamilan di trimester pertama, kata orang-orang sih sebenarnya flek bisa dibilang cukup ‘normal’. Alasan yang paling ‘normal’ adalah karena si kantong kehamilan masih proses penempelan ke dinding rahim. Tapi tetap saja, kalau muncul bercak kecokelatan/kemerahan, harus diwaspadai. Karena penyebabnya bisa bermacam-macam: entah si ibunya kecapekan, stress, atau worst case scenario, proses pengguguran.
Oke, lanjut. Selesai flek, saya pun kembali ngantor. Tapi gak tahu kenapa… rasanya hati saya udah nggak di situ. Mungkin karena symptom awal kehamilan lainnya yang bikin saya nggak nyaman, kayak mual, susah makan, badan pegel-pegel dan cepat lelah, belum lagi ruang gerak saya yang makin terbatas (nggak boleh angkat-angkat beban, naik turun tangga, jalan jauh, dll). Sempet sih, ada momen galau di mana saya masih mikir-mikir mau resign apa nggak. Pengennya saya tahan diri aja sampai semua rasa-rasa nggak enak itu berlalu. Tapi semakin hari saya jalani kok semakin berat… Akhirnya di suatu hari, saya membulatkan tekad. “OK, it’s time for me to go.”
Saya pun langsung bilang ke supervisor saya dan dia sangat paham dengan kondisi saya. Dia minta saya untuk menyiapkan surat resmi pengunduran diri, handover, dan segala proses administrasi sebelum saya cabut. Rasanya waktu itu legaaa banget. Saya merasa saya mengambil keputusan yang tepat.
Seminggu kemudian, setelah saya officially unemployed, saya periksa ke dokter. Ini pertama kalinya saya check up ke dokter di Bogor setelah sebelumnya check up di MRCCC Siloam terus.
Saat pertama kali check up ke dokter yang sekarang, saya jelaskan riwayat dengan dokter sebelumnya, lengkap dengan rekam medisnya. Setelah dicek USG, dokter saya yang ini bilang, “Pantesan aja ngeflek, karena memang letak plasentanya di bawah.”
Ternyata permasalahan flek di awal kehamilan saya emang bukan kandungannya yang lemah atau apa, karena memang itu indikasi placenta previa. Kenapa bisa begitu? Jadi plasenta ini mengandung banyak pembuluh darah dan sangat rentan untuk terjadi pendarahan kembali kalau nggak hati-hati. Jadilah saya disaranin untuk menghindari aktivitas berat, nggak boleh kecapekan, nggak boleh olahraga, pokoknya nggak boleh melakukan kegiatan yang bisa men-trigger otot rahim untuk kontraksi.
Saat saya check up, dokter pasti selalu mewanti-wanti untuk nggak kecapekan. Apalagi kalau sampai terjadi pendarahan, flek sedikitpun saya harus langsung ke RS. Akhirnya kemarin, saat usia kandungan saya 34 minggu, ketakutan itu datang juga: saya terbangun dengan flek kecokelatan. Langsung lah saya dan suami meluncur ke RS. Di sana saya ditangani oleh bidan di IGD untuk rekam jantung dan gerakan bayi. Alhamdulillah setelah dimonitor ternyata kondisi bayinya baik. Tapi saya tetep disaranin untuk periksa ke dokter.
Saya cek ke dokter malamnya, dokter periksa kondisi bayi melalui USG. Alhamdulillah, detak jantung, ukuran, dan berat semuanya bagus. Dokter bilang gini ke saya, sebenarnya dari ukuran, bayinya siap kalau harus dilahirin sekarang, tapi usia segini paru-parunya belum matang. Karena ini masih flek, saya diminta untuk bed rest (lagi) sampai seenggaknya usia kehamilan mencapai 37 minggu.
Dua hari berlalu, Kamis jam 4 pagi, saya terbangun dengan darah seperti mens, banyak pula. Huhu. Hancur banget rasanya waktu itu. Saya kembali siap-siap ke RS, kali ini pakai nangis-nangis drama. Sesampainya di RS, saya langsung ditangani dua orang bidan, dan langsung diminta untuk bed rest di RS. Saya pun (akhirnya) dikasih suntik kematangan paru-paru untuk si bayik in case harus emergency C-section.
Alhamdulillah, setelah tiga hari di rumah sakit, saya dibolehin pulang sama dokter. Tapi pesannya tetap satu: harus bed rest. Dan bed rest kali ini beda sama yang pertama kali karena saya cuma boleh turun tempat tidur kalau mau pipis/pup aja. Sisanya semua aktivitas harus di tempat tidur. Sehari, dua hari sih masih enak ya, tapi kalau berminggu-minggu bosen uga, hahaha. Tapi demi kesehatan si bayik, insya Allah bakal saya jalani.
Tapiii, namanya manusia, kadang suka iri juga sih. Pas ibu-ibu hamil di luar sana sibuk senam hamil atau yoga, saya malah nggak boleh sama sekali. Jalan kaki aja suka disuruh dibatesin sama dokternya. Di saat ibu hamil lainnya disuruh banyak gerak atau jalan untuk memperlancar lahiran, saya malah harus bed rest total.
Apalagi ini Ramadhan pertama saya yang dilewati tanpa berpuasa (cuma dapet 1 hari full kek anak TK) dan Lebaran tanpa silaturahmi ke rumah sodara karena otomatis saya hanya cuma boleh berdiam diri di rumah a.k.a di kamar a.k.a di atas kasur.
Insya Allah, mudah-mudahan semua ini ada hikmahnya ya. Doakan juga proses persalinannya nanti lancar dan nggak ada drama lagi. Buat yang pernah/sedang mengalami hal serupa kayak saya, tetap semangat ya!
Selamat mudik dan Lebaran semua! Mohon maaf lahir dan batin 🙂
Featured image from here.
Gimana bu persalinannya lancar? Debay sehat kan?
Saya juga plasenta previa, sekrang UK 33 minggu. Kalau boleh tau, bu fadila persalinan saat UK berapa ya?
LikeLike
Hi Mbak Ningsih salam kenal. Alhamdulillah bayi saya sehat, saya lahiran 36 minggu waktu itu.
LikeLike
Saya juga divonis plasenta previa totalis sama dokter.beberapa hari yg lalu pendarahan hebat,,langsung sama dokter disuruh bed rest total..masih ngeflek juga sih,UK saya masih 33w,,dan..semoga aja bisa bertahan sampe 37w..do’a in ya bun,,semoga bisa nglewati minggu2 kritis ini..
LikeLike
Aamiin, tetap semangat dan berpikir positif ya Bu. I know how it feels. Semoga diberikan kelancaran dan kesehatan selalu.
LikeLiked by 1 person
Halo mba fadilla, nice share niih, waktu uk saya 27w dokter vonis saya low lying placenta (llp) dan sama kyk mba ngga ada penyebab diatas yg menyebabkan saya llp, memang harus sudah jalanya hehe skrg uk saya masuk 32w hpl awal juni, saya deg2an, khawatir placenta masih dibawah dan selain itu jg saya khawatir mikirin persalinan krna kepenginy lahiran normal but we’ll see :). Kalo boleh tau, mba lahiran normal kah?
Duh asli deg2any double triple 😦
Thanks before 🙂
LikeLike
Hi mbak! Senang bisa berbagi. Selamat ya atas kehamilannya 🙂 Saya dulu lahiran sesar di ukuran 36wk karena pendarahan. Mudah2an karena LLP risiko pendarahannya lbh kecil dr PPT ya. Banyak2 istirahat dan berdoa ya mbak, semoga dilancarkan.
LikeLike
Halo mbak fadilla, wah saya banyak dpt informasi dr cerita mba, saya juga didiagnosis placenta previa totalis dan skrg 20w. Saya penasaran mba yang keluar darah seperti mens itu kenapa mba? Apa karena kecapean atau lansung keluar begitu aja mba? Saya deg2an bacanya mba ☹️
LikeLike
Pas waktu itu sebenernya udah coba kurangi aktivitas. Kata bidannya sih karena pergerakan janin dan janinnya udh besar waktu itu. Dan saya udah mulai kontraksi palsu, jadi makin rentan pendarahan. Semoga dilancarkan ya mbak! Stay positive.
LikeLike
Halo mbak,, saya skr 19w, minggu lalu sempat pendarahan, dicek ke dokter katanya ari ari dibawah, kadang2 juga 1 tetes darah kecoklatan, apakah pendarahan yg mbak alami itu dalam jumlah banyak dan terus menerus, atau gimana?
LikeLike
Halo mbak. Selamat ya atas kehamilannya. Kalau saya dulu pendarahan mulai 33 weeks, seperti flek mens. Kadang coklat kadang merah. Semakin kandungannya besar semakin banyak volumenya (karena plasenta tertekan berat bayi). Tapi Alhamdulillah trimester 2 saya nggak pendarahan. Silakan dicek ke dokter kandungan ya mbak 🙂
LikeLike
hallo mbak terima kasih sudah berbagi kisahnya, mbak fadilla, saya juga divonis plasenta previa totalis sejak umur kandungan 4 bulan dan saat ini sudah masuk 29 weeks, alhamdulillah saya tidak pernah pendaharan, padahal dokternya sudah khawatir dan menanyakan apakah saya pernah pendarahan, yang saya takutkan jika semakin besar kandungan saya maka resiko pendarahan tersebut semakin besar pula. selain itu saya juga seorang karyawan yang masih aktif bekerja. dokterpun masih memantau perkembangan janin saya dan belum bisa memutuskan apakah saya bisa normal atau harus melahirkan dengan cara secar (secara pribadi saya tidak masalah untuk secar asalkan janin saya dan sayanya selamat). doakan saya ya mba fadila semoga kehamilan ini lancar sampai waktu persalinan nanti.
LikeLike
Halo, senang bisa berbagi mbak. Aamiin semoga dimudahkan ya. Asal dipantau terus aja mbak, kalau curiga ada flek2 langsung ke dokter saja. Semangatt 🙂
LikeLike
Terimakasih sudah membuat tulisan ini mbak fadilla, sekarang usia kandungan 24 week kmrn terakhir usg hari jumat minggu kemarin plasenta masih dibawah bagian depan, dokter masih stay positive thinking kalau in shaa Allah masih optimis, bismillah .. terimakasih sekali lagi tulisannya mbak ❤️
LikeLike
Bismillah dilancarkan ya mbak! Bagaimanapun cara lahirnya, yg penting ibu dan bayinya sehat 😊
LikeLike
Hi mba oky, saya mau share pengalaman saya saat hamil anak pertama, Saya megalami plasenta previa di kandungan awal trimester 2. Saya mengalami pendarahan di trimester ke dua. Darah yang keluar banyak dan terus keluar sampai kurang lebih 3 sampai 4 minggu. Pendarahan terjadi setelah saya berhubungan dengan suami. Saat itu galau bgt, mba. Anak yang ditunggu selama 3 tahun pernikahan malah dapat cobaan seperti itu. Saat pendarahan itu saya langsung berobat ke klinik, tidak rawat inap, hanya berobat jalan dan dikasih obat penguat kandungan dan disuruh bedrest. Ternyata pendarahan terus berlangsung seperti mens dan ada bongkahan darah berwarna hitam, akhirnya besoknya saya langsung ke bidan terdekat, berharap dapat cepat tertangani. Pas nyampe di bidan, saya ditolak karena bidan ngga sanggup menangani. Dan yang paling membuat hati saya hancur saat itu, bidannya bilang saya harus langsung ke IGD rumah sakit untuk dikuret. Disepanjang perjalanan ke rumah sakit, saya menangis, sedih… Setelah sampai dirumah sakit saya langsung ditangangani dan dirawat inap. Alhamdulillah janin saya masih sehat. Tiga hari dirawat inap, Pendarahan berkurang tapi masih ada fleks. Kemuadian saya diizinkan pulang dan disuruh kontrol seminggu kemudian. Setelah sampai rumah, besoknya darah kembali keluar. Saat itu saya panik, mau balik ke rumah sakit itu lag ga bisa, karna prosedurnya minimal 3 hari keluar dari rumah sakit, baru bisa masuk rumah sakit lagi. Akhirnya saya memutuskan untuk kerumah sakit yang lain. Karena prosedur BPJS yang berbelit-belit dirumah sakit tersebut, saya ditolak pihak UGD karna harus minta rujukan faskes I (puskesmas), dalam kondisi tersebut akhirnya saya memutuskan untuk mendaftar umum dan bertemu dengan dokter kandungan yang sedang praktek. Saya ditangani dengan baik oleh dokter dan diberi obat. Setelah saya pulang, ternyata pendarahan belum berhenti. Akhirnya saya balik ke klinik tempat pertama kali saya datangin saat pendarahan. Disana saya dirawat selama 3 hari. Setelah itu pendarahan sudah berhenti dan tinggal fleks yang semakin hari smakin berkurang dan Alhamdulillah akhirnya bersih. Kemudian saya kontrol tiap bulan kerumah sakit. Saat kandungan saya menginjak 6 bulan, Alhamdulillah plasenta saya mulai naik, menjauhi jalan lahir. Bulan ke 7 sampai bulan ke 9tak bosan2nya setiap kontrol saya bertanya tentang kondisi plasenta. Akhirnya pada bulan ke 9, seminggu sebelum HPL, saya mengalami pecah ketuban pada malam hari, langsung ke rumah sakit, alhamdulillah saya mendapat penanganan yang baik, dan diakhir cerita saya bisa melahirkan dengan normal, walaupun harus diinduksi.
Berselang 3 tahun saya diberi rezeki lagi. Saat ini saya sedang hamil anak kedua. Saya mengalami fleks dan keluar darah diminggu ke 5 sampai minggu ke 9. Saya juga sempat dirawat dirumah sakit selama 4 hari. Setelah itu saya disuruh bedrest. Alahmdulillah saat ini, di 13 minggu kehamilan, sudah ga ngefleks lagi. Tapi sayangnya saya mengalami plasenta previa total menutupi jalan lahir. Insya Allah saya masih berdoa dan berpikir optimis semoga seiring membesarnya kandungan, posisi plasenta bisa menjauhi jalan lahir seperti pengalaman hamil saya sebelumnya dan terus berdoa bisa melahirkan normal nantinya.
Semoga pengalamn sya melengkapi pengalaman kehamilan plasenta previa.
LikeLike
Terima kasih mbak atas ceritanya. Terharu sekali baca perjuangannya :”)
LikeLike
Hai mbak..
Saya juga mengalami hal yang sama..
Sempet dirawat 5 hari di rs dan boleh pulang esok paginya tapi malamnya pendarahan lagi dengan gumpalan segede hati ayam.. dan sampe sekarang masih harus bedrest di rs..
Kira -kira dulu dapet vitamin dan obat apa saja mbak.. karena saya hanya dapet obat via suntikan di infus aja.
Thanks ha mbak fot sharing.
LikeLike
Maaf ya mbak baru sempat balas. Saya lupa obatnya apa saja, tapi saat dirawat sebagian besar obatnya via infus. Ada jg obat yg utk anti-kontraksi.
LikeLike