Setelah hampir dua bulan, akhirnya baru sekarang saya sempat nulis cerita tentang babymoon ini *sok sibuk*. So, here we go…
Kenapa memutuskan pergi ke Bali (lagi)? Karena saya suka Bali haha. Nggak ding, karena rasanya waktu terakhir kali ke Bali belum puas jalan-jalan dan terkesan buru-buru. Jadinya, kali ini saya pengen melampiaskan ketidakpuasan tersebut haha.
Hari pertama di Bali, saya dan Abang tiba di sore hari, dan hmm panas banget! Padahal waktu berangkat dari Jakarta mendung, ternyata sesampainya di Bali kami disambut matahari cerah. Dari bandara kami langsung menuju hotel untuk check in. Kali ini kami memilih untuk stay di Tijili Seminyak selama tiga malam.
Lucunya, 3 bulan sebelumnya, tepatnya di bulan Desember, saya dan Abang juga sempat pesan hotel di Tijili untuk menghadiri acara pernikahan temannya Abang. Tapi sayang, rencana itu harus kami batalin karena waktu itu sedang heboh Gunung Agung dan kondisi kehamilan saya juga lagi nggak diizinkan untuk terbang.
Alhamdulillah, rencana kali ini bisa terealisasi.
Hari pertama, saya merasa cukup lelah karena seharian di perjalanan. Kondisi Abang juga lagi nggak fit, jadinya kami nggak ke mana-mana dan cuma cari makan malam aja. Pilihannya: cari tempat makan yang bisa dijangkau jalan kaki. Berbekal Google Maps, kami menemukan hidden gem ini, yaitu Wild 1 Deli, kira-kira cuma sekitar 150 meter dari hotel.
Wild 1 Deli ini tempatnya nggak terlalu luas dan cukup cozy dengan sedikit gaya industrial. Makanannya pun banyak pilihan yang sehat. Kata review sih, smoothie bowl-nya enak, tapi karena saya datang di malam hari, masa makan smoothie, ya kan :p Saya lupa waktu itu memesan apa, seingat saya sih chicken schnitzel dan aglio e olio pasta untuk Abang. Minumnya? Es kelapa muda! Oh iya, porsi makan di sini juga sangat besar, saya sampai bawa takeaway ke hotel untuk dimakan keesokan harinya *untung nggak basi*.
Keesokan harinya, saya ngajak Abang ke tempat yang udah lama bikin saya penasaran: Motel Mexicola. Siapa coba yang belum pernah dengar Motel Mexicola? Yup, betul! Dengan ambiance yang vibrant nan colorful dan sajian a la latin America, lokasi ini jadi salah satu spot paling favorit di Seminyak! Apalagi areanya luas banget, bisa di indoor maupun outdoor, dan setiap detail dekorasinya sangat dipikirkan dengan matang. Sayangnya pas saya datang ke sana, karena lagi di siang bolong, beberapa spot di tempatnya jadi agak panas banget.

Nah, karena ini merupakan bar/restaurant, banyak minuman yang mengandung alkohol. Saya sampai harus tanya ke waiter-nya minuman apa yang non-alkohol, dan cuma ada dua pilihan: cookies and cream atau jus. That’s it! Padahal mungkin pilihan-pilihannya bisa lebih diperbanyak kali ya. Untungnya sih karena makanannya enak dan suasananya menyenangkan, saya jadi nggak begitu terganggu… Hehe. Oh iya, karena saya dan Abang masih agak kenyang waktu datang, kami cuma memesan minuman dan nachos saja.
Di sore harinya, saya dan Abang menyempatkan diri ke Pantai Petitenget. Duh, walaupun ke sana kami sudah sore, tetap aja panaasss… Lucunya, di pantai ini banyak banget anjing berkeliaran. Tapi bukan anjing liar yaa karena mereka terlihat pintar dan juga bersih. Kayaknya sih di sekitaran pantai itu ada tempat breeding anjing atau semacamnya karena saya beberapa kali melihat ada ‘pawang’nya berseliweran.
Keesokan harinya, kami menjelajah wilayah Kayu Aya lagi (favorit!). Kali ini spot brunch kami jatuh pada Earth Cafe Bali yang menyediakan makanan vegan nan sehat. Cafe ini juga mengedepankan sustainable living, jadi waktu saya pesan raw almond milk, saya dikasih sedotan yang terbuat dari batang sereh! Yang begini nih yang suka bikin saya jadi termotivasi untuk bisa lebih hidup environmentally friendly. Ini agak OOT, tapi saya sekarang lagi senang nontonin video Youtube soal zero waste. Ternyata sebenarnya kalau mau, kita bisa aja ngejalaninnya. Tapi ya namanya juga manusia (alias saya), sampai sekarang masih cetek banget dalam hal praktik 😦 Paling banter sih nolak kantong plastik dari mbak/mas kasir minimarket huhu.
Baca juga: Honeymoon Story #1 – Green Village Bali
Anyway, tempat ini juga punya toko yang menjual berbagai macam bahan makanan organik, sampai ke kosmetik dan perawatan tubuh juga. Saya membawa pulang sebotol insect repellent yang terbuat dari bahan-bahan alami, karena sebagai bumil tentunya saya nggak diperbolehkan pakai sembarang produk.
Kalau bisa digambarkan, Bali pas kami datang itu… panas banget!! Saya jadi nggak kuat kalau harus berada di outdoor lama-lama, apalagi dengan kondisi tubuh yang berat, haha. Akhirnya setelah brunch, kami cuma muter-muter sebentar, terus memutuskan kembali ke hotel. Pas menjelang sunset, baru deh kami keluar lagi.
Kali ini kami nggak mau kecolongan kayak hari sebelumnya, jadi kami berangkat agak lebih sore, jadi biar sekalian makan malam juga. Sore itu juga kami pergi ke Pantai Double Six, bukan Petitenget seperti sebelumnya. Biar nggak suffocated sama hawa panas, kami nge-tag tempat dulu di Zanzibar Restaurant, lokasinya persis menghadap pantai. Zanzibar ini terlihat seperti restoran yang agak tua, tapi cukup cozy. Agak khawatir sih karena kami duduk di area outdoor yang mana adalah smoking area, tapi untungnya sampai kami pulang cuma ada 1 orang aja yang ngerokok, itupun duduknya cukup jauh 🙂
Sehabis makan, pas kami mau pulang ke hotel, ternyata jalanan super ramai dan super macet! Pantas saja, wong waktu itu lagi malam minggu, apalagi jalan menuju jalan rayanya juga sempit banget. Jadilah kami menghabiskan waktu sekitar satu jam menuju pulang ke hotel. Padahal perjalanan normal bisa ditempuh waktu 15 menit, 20 menit tops. Huhu. Tips buat yang bepergian di Bali pas malam minggu, mending lebih enak naik ojek deh dibandingin naik taksi, apalagi kalau ke wilayah ramai kayak Seminyak ini, karena lumayan lebih menghemat waktu (dan juga kantong, tentunya).
Hari Minggunya, alias hari terakhir di Bali, kami cuma nyobain gelato doang karena sudah harus check out dan ke bandara siang itu juga. Tadinya sih pengen cobain gelato hits yang banyak ditemukan di Instagram, yaitu Mad Pops. Tapi berhubung tempatnya yang sempit dan nggak ada tempat duduk di dalam (dan masa ke sana cuma ngincer foto cakep doang, haha), kami akhirnya beralih ke Gelato Factory, sama-sama terletak di daerah favorit saya. Yakkk betul! Kayu Aya!
Entah kenapa ya, begitu masuk trimester kedua, saya sangat tergoda sama yang namanya makanan manis: coklat, es krim, cake, dan teman-temannya itu… Padahal sebelum-sebelumnya saya nggak gitu ‘gila’ sama makanan manis dan masih bisa nahan diri. Tapi pas hamil, wah wassalam deh. Dan gelatonya itu… enak banget!! Enaknya juga satu cone bisa sampai 2 scoop, jadi bisa nyobain dua rasa deh *BRB sugar rush*
Selesai memenuhi keinginan saya makan yang manis-manis, kami langsung ke bandara dan cari oleh-oleh sebentar. Seperti yang dilihat, jalan-jalan kali ini kami memang itinerary-less banget. Toh, bisa pergi sebentar jauh dari rumah dan sedikit menyegarkan pikiran aja udah cukup bagi kami. Dan… mungkin ini akan jadi jalan-jalan terakhir kami berdua aja sebelum menyambut kelahiran our midsummer baby di bulan Juli nanti. 😀 Oh iya, untuk tips traveling naik pesawat ketika hamil sudah pernah saya post di sini. Happy traveling!