Di hari ketiga di Belitung, kami nggak punya banyak itinerary karena sorenya sudah akan pulang kembali ke Jakarta. Itinerary wajib hari ketiga adalah: ngopi!
Turns out, cerita kopi di Belitung ini cukup menarik. Menurut bapak supir yang menemani kami, Belitung nggak punya kebun kopi, loh. Kopi-kopi yang ada di sana didatangkan dari Lampung. Mungkin cara pengolahannya yang berbeda (yang entah seperti apa) sehingga rasanya menjadi khas.
Perhentian pertama kami adalah Warung Kopi Ake. Konon katanya warung kopi ini adalah warung kopi tertua di Belitung, berdiri sejak tahun 1922. Warung kopi ini diturunkan secara turun temurun ke generasi berikutnya.
Sewaktu kami datang pagi-pagi ke sana, hanya ada beberapa pengunjung saja. Saya melihat ada tiga orang koko lagi ngopi sambil sarapan. Juga ada seorang cici juga yang menjual jajanan pasar menaiki sepeda. Rasanya seperti terserap ke dimensi lain di mana kami bisa menikmati pagi dengan santai; ngopi, baca koran, dan melihat orang lalu lalang, tanpa memikirkan hal lain. Hmm kapan ya terakhir kali kami seperti ini?
Perhentian selanjutnya… kami ngopi lagi! Haha. Di warung kopi legendaris lainnya, yaitu Kopi Kong Djie. Kalau dilihat, warung kopi Kong Djie ini ada di mana-mana di Belitung karena mereka semacam jual franchise. Tapi karena pengen ngerasain ‘keaslian’nya, kami datang ke warung kopi yang pertama kali didirikan. Kalau dilihat, Kong Djie ini punya ciri khas teko yang tinggi.
Terus apa yang saya pesan? Berhubung nggak bisa minum kopi hitam, tentunya saya pesan kopi susu selalu.
Setelah itu, kami mengunjungi Rumah Adat Belitung. Sebenarnya kami nggak kepikiran bakal ke sini, cuma karena kami udah keabisan itinerary, cuss laah… Rumah Adat ini terbilang nggak besar, tapi kami bisa lumayan belajar tentang kebudayaan khas Belitung yang Melayu banget.
Setelah beres-beres dan check out hotel, kami pergi ke Danau Kaolin! Saya baru tau kalau ternyata kami nggak boleh masuk ke area danaunya karena memang masih aktif digunakan. Jadinya ya kami cuma bisa puas menikmati dari pinggir, yang dikasih batas pagar kayu. Tapi memang bagus banget sih. Pasir putih, air biru (walaupun birunya bukan karena jernih), beradu sama langit yang super biru!
Setelah dari Danau Kaolin, kami mampir makan siang di Dapoer Belitung untuk makan siang, dan nongkrong sebentar di Hanggar 21 yang lokasinya dekat dengan bandara. Hanggar 21 ini semacam pujasera dan tebak, lagi-lagi kami bisa menemukan kopi Kong Djie di sana!
Dengan begitu, berakhir sudah perjalanan kami ke Belitung. Alhamdulillah, mudah-mudahan kami senantiasa diberikan kesehatan untuk bisa traveling lagi 🙂