Dalam rangka tahun baru, saya dan teman-teman merencanakan liburan bersama ke Cikole, Lembang. Kami sebenarnya udah pasti menduga kalau jalanan di tahun baru akan super macet, tapi kami nggak menduga kalau jalanan semacet itu! Iya, dari kota Bandung menuju Lembang kami menghabiskan waktu 4 jam perjalanan, begitu juga sebaliknya. Tapi, perjalanan yang melelahkan itu, berbekal kelaparan di tengah jalan, plus mabuk darat (lemah), akhirnya terbayarkan sudah dengan pemandangan dan udara segar yang kami hirup.
Saya dan teman-teman berangkat tanggal 1 Januari pagi karena beberapa teman saya ada yang masih masuk di tanggal 30 dan 31. Kami juga berasumsi bahwa (mungkin) kalau udah tahun baru orang-orang akan semakin sedikit menuju Lembang (yang ternyata nggak bener).
Singkat cerita, kami sampai di Bandung jam 12 siang naik kereta api eksekutif dan tiba di Cikole sekitar jam 4 sore. Kami menginap di Grafika Cikole, berbekal riset di Instagram. Ternyata foto dan aslinya sama bagusnya! Grafika Cikole punya area cottage, perkemahan, dan outbond yang terletak di antara hutan-hutan pinus. Dingin dan segar banget! Pas banget untuk refreshing tapi nggak mau udara terlalu dingin dan jauh-jauh dari tengah kota.
Nah, apa saja yang bisa dilakukan di Grafika Cikole selain taking beautiful snapshots?
Pilihan menginap di Grafika Cikole ada dua: cottage atau tenda. Kalau di cottage, kapasitasnya sampai 6 orang, dengan cottage ala pondokan berlantai kayu dan dinding kayu. Kamar mandinya juga bebatuan alam, dan disediakan air panas. Kalau ngelihat ini pasti langsung teringat sama rumah kurcaci, deh. Kebetulan saya dan teman-teman memilih tidur di pondokan.
Kamar yang kami bayar termasuk dengan paket outbond yang ada di area tersebut.
Satu orang dapat 3 pilihan outbond, yaitu flying fox, turun tebing, dan menyebrang menggunakan seutas tali. Sebenarnya ada juga sih pilihan ATV, berkuda, dan paintball, tapi sepertinya harus bayar biaya tambahan lagi. Karena saya nggak mau rugi, akhirnya saya milih salah satu outbond aja, yang paling least extreme (karena saya orangnya parnoan): flying fox. Asli, ini pertama kali saya naik flying fox. Rasanya? Enak, haha. Karena kayak lagi duduk diayun-ayun di ketinggian.
Nggak cuma itu aja, tempat ini juga punya perkebunan strawberry dan menyediakan jus strawberry segar yang langsung dipetik dari kebunnya. Sayangnya waktu saya datang ke sana kebunnya lagi nggak berbuah, tapi lumayanlah untuk foto-foto dan pamer di Instagram, haha.
Di malam harinya, kami dapat api unggun dan jagung untuk dibakar. Api unggunnya disediakan satu untuk beberapa pondokan, dan di malam itu kami ketemu sama tamu yang juga lagi menginap di pondokan samping kanan-kiri kami. Menurut saya, acara bakar jagung ini lumayan seru karena kayak lagi kemping beneran, nyalain api, oles-oles dan bakar jagung, makan jagung bakar di bawah langit malam, sampai (sok) akrab dan ngobrol-ngobrol dengan pengunjung lain. Oh iya, kami juga dapat breakfast paginya di restoran.


Nah, kalau pilihan yang tenda, saya kurang tahu apakah dapat fasilitas outbond juga atau nggak, tapi yang saya tahu kalau nginap di tenda nggak dapat breakfast. Waktu kami keluar subuh-subuh, mereka yang menginap di tenda sudah siap dengan perlengkapannya; kompor, panci, makanan. Memang sih, lebih kerasa kempingnya kalau begitu.
Tapi menurut saya tempat menginap nggak jadi masalah karena dua-duanya sama-sama nyaman!
Pulangnya, karena kami sudah kapok terjebak macet yang amit-amit, kami akhirnya memutuskan naik angkot sampai Lembang, ngisi perut di Lembang, dan ngojek sampai di Bandung kota karena kami sudah stres macet di mana-mana. Well, at least the pain paid off!
Happy New Year (+10)!
